Mengenai Saya
Rabu, 09 September 2009
STRUKTUR LIPATAN
(by sebastian)
STRUKTUR LIPATAN
Bentuk lipatan ini mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang datar dengan luas yang sama dan dari bahan yang sama pula. Hal ini dapat dijelaskan , karena momen energia yang didapat dari bidang datar. Dari hasil perhitungan untuk bentuk lipatan harga momen energia :I = 1/12bh3, sedangkan untuk bidang datar : I = 1/12hb3. dengan terbentuknya lipatan ini, gaya-gaya akibat berat sendiri dan gaya-gaya luar dapat di tahan oleh bentuk itu sendiri.
Maka disini dapat kita ambil suatu pengertian, yaitu : bentuk yang terjadi dari lipatan bidang-bidang dimana kekakuan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri.
Konstruksi lipatan
Berdasarkan bentuk-bentuk pada alam, manusia mencoba untuk mempergunakan bentuk itu sebagai kebutuhan. Dengan bekal yang dimiliki manusia, maka konstruksi lipatan dikembangkan pula, baik dalam bentuknya maupun bahan yang dipergunakan. Bentuk lipatan ini sekarang banyak dipergunakan untuk dinding, atap, lantai, bangunan dengan berbagai bentuk dan bahan.
Penyaluran gaya
Sebelum kita meninjau penyaluran gaya pada konstruksi lipatan, terlebih dahulu kita meninjau gaya pada bentuk datar. Dalam satu bidang datar semua gaya yang bekerja dapat diuraikan menjadi :
Gaya sejajar budang dan gaya tegak lurus budang. Gaya sejajar bidang akan lebih kuat dipikul bidang daripada jika gaya dengan besar yang sama tersebut bekerja tegak lurus.
Selain tiu bidang datar lebih mudah jatuh dibanding bentuk lipatan. Hal ini disebutkan tidak adanya titik kumpul penahan gaya dan setiap titik menjadi penahan gaya dan momen. Jika gaya tersebut bekerja pada lipan, maka akan terjadi sebagai berikut :
Gaya dengan arah memanjang akan dipikul oleh bidang datar dari lipatan. Gaya dengan arah melintang, yang diuraikan menjadi 2 gaya dimana masing-masing besarnya lebih kecil daripada gaya arah melinyang tersebut.
Untuk gaya P yang bekerja pada tengah-tengah bidang, gaya diuraikan menjadi gaya sejajar bidang dan gatya tegak lurus. Sedangkan untuk gaya P yang bekerja pada rusuk-rusk lipatan (garis lipatan) akan diuraikan sejajar pada masing-masing bidang datar yang bersisian itu. Besarnya kemiringan bidang datar dari lipatan ini mementukan pula besarnya uraian dari gaya yang bekerja.
Dari uraian gaya tersebut ternyata bidang lipatan akan lebih kuat memikul gaya-gaya, baik yang arah melinyang maupun memanjang dari pada bidang datar. Karena gaya P yang diuraikan dengan arah sejajar bidang akan dipikul bidang itu sendiri, maka beban P yang harus dipikul oleh konstruksi jadi kecil.
Untuk menjaga perubahan bentuk lipatan, maka perlu untuk mempertahankan jarak h dan b serta tebal d. gaya P yang bekerja pada rusuk (B) dan (C) dan gaya H yang bekerja pada rusuk (A) akan mengakibatkan perubahan besar pada jarak b dan h. karena itu rusuk-rusuk (A), (B), (C), harus dipegang dan ditahan dengan jalan : tumpuan dipegang teguh, atau rusuk merupakann sesuatu yang kaku. Jadi disini dapat diterangkan bahwa sebenarnya menahan gaya-gaya adalah tiap-tiap bidang, sedangkan rusuk-rusuk berfungsi sebagai pemegang dan pengaku bidang. Bidang lipatan ini ada kemungkinan akan dapat melentur, tergantung panjang L. untuk harga h dan b panjang L harus ditentukan supaya tidak terjadi lenturan tersebut.
Pada tempat-tempat mencapai penjang L tersebut, diadakan bidang pengaku yang menahan terjadinya lenturan. Momen lentur yang terjadi ini adalah akibat beban merata pada lipatan atau akibat berat sendiri. Besarnya momen yang terjadi tergantung dari besarnya sudut. Makin besar sudutnya makin besar momen yang terjadi. Menurut pengalaman, sudut yang paling efektif adalah 45o.
Dari uraian gaya yang telah diterangkan, dapat disimpulkan bahwa pada konstruksi lipatan yang sangat perlu diperhatikan ialah : pencegahan adanya deformasi dan kekakuan harus dicapai.
Untuk dapat mencapai maksud di atas, harus diperhatikan : sudut lipatan, tinggi lipatan, tebal bidang datar lipatan, bidang pengaku, rusuk lipatan harus kaku dan tumpuan harus kokoh. Dapat ditambahkan pula bahwa untuk bentuk lipatan terbuka, sudut lipatan harus lebih kecil dari 40o untuk mendapatkan deformasi yang kecil. Sedangkan untuk bentuk lipatan yang tertutup sudutnya agak bebas dan terikat.
STRUKTUR MEMBRAN
STRUKTUR MEMBRAN
Membran adalah suatu lembaran bahan tipis sekali dan hanya dapat menahan gaya tarik murni. Soap film adalah membran yang paling tipis, kira-kira 0,25 mm yang dapat membentang lebar. Suatu struktur membran dapat bertahan daalm dua dimensi, tidak dapat menerima tekan dan geser karena tipisnya terhadap bentangan yang besar.
Beban-beban yang dipikul mengakibatkan lendutan, karena membran adalah bidang dua dimensi dan karena merupakan jala-jala yang saling membantu, maka bertambahlah kapasitasnya.
Ada dua karakter dasar dari kemampuan membran. Tegangan membran terdiri atas tarik dan geser, yang selalu ada dalam permukaan bidang membran dan tidak tegak lurus di atas bidang itu. Aksi membran pada dasarnya tergantung dari karakteristik bentuk geometrinya, yaitu dari lengkungan dan miringnya bidang membran.
Walaupun membran tidak begitu stabil, dapat dicarikan jalan untuk dimanfaatkan sebagai struktur. Keuntungan struktur ini ialah ringan, ekonomis dan dapat membentang luas.
Aksi struktur membran dapat ditingkatkan daya tariknya dengan tarikan sebelum pembebanan. Sebagai contoh payung dari kain.
Dengan mengadakan pratarik pada kain yang kemudian dikuncinya dengan alat apitan, rusuk-rusuk baja membuka dan mendukungnya dengan dibantu oleh batang-batang tekan yang duduk pada tangkai payung. Kain tertarik dan memberi bentuk lengkungan yang cocok untuk menahan beban. Membran kain payung dapat menerima tekanan dari luar dan dalam.
Skelet dari rusuk-rusuk baja menerima tarikan dari kain dan memperkuat seluruh permukaan bidang terhadap tekanan angin.
Struktur Pneumatik
Membran dapat diberi pra tegang dengan tekanan dari sebelah dalam apabila menutup suatu volume atau sejumlah volume yang terpecah-pecah. Dengan cara ini tersusunlah struktur pneumatik. Embran mudah menjadi bengkok dan dapat mudah ditekan oleh gas atau udara. Dalam tyeori, membran tanpa pra tegang dapat membentangi ruangan yang besar sekali dengan tekanan udara yang mengimbangi beratnya sendiri dari membran yang mengambang. Dalam praktek, membran perlu diberi prategang supaya menjadi stabil terhadap pembebanan yang tak simetris dan yang dinamis.
Stabilitas bentuk konstruksi ini dikendalikan oleh 2 faktor. Kesatu : tekanan pada tiap titik dari membran yang menyebabkan tegangan tarik harus cukup untuk menahan semua kondisi pembebanan dan untuk menjaga agar tidak terdapat tegangan tekan pada membaran. Kedua : tegangan membran pada setiap titik dengan kondisi pembebanan harus lebih kecil daripada tegangan yang diperkenankan pada bahan.
Bentu struktur pneumatik adalah karakteristik merupakan lengkungan dua arah dari lengkungan sinplastik. Bentuk dengan lengkungan searah dan lingkungan anti klasik tidak mungkin digunakan .
Lengkungan kubah adalah bentu yang cocok untuk struktur membran pneumatik, karena dapat menutupu ruangan dan dapat ditekan oleh udara yang besarnya atau kecepatannya sama kesemua arah.
Tegangan membran dalam bola atau dalam kubah tergantung pada tekanan udara dari dalam dan garis radius, yakni o = ½ . p .r (p = tekanan udara, r = radius kubah ).
STRUKTUR KABEL
STRUKTUR KABEL
Ada jenis-jenis struktur yang telah banyak digunakan oleh perencana gedung, yaitu struktur pelengkung dan struktur kabel. Kedua jenis struktur yang berbeda ini mempunyai karakteristik dasar struktural yang sama, khususnya dalam hal perilaku strukturnya.
Kabel yang mengalami beban eksternal tentu akan mengalami deformasi yang bergantung pada besar dan lokasi beban eksternal. Bentuk yang didapat khusus untuk beban itu ialah bentuk funicular ( sebutan funicular berasal dari bahasa Latin yang berarti “tali”). Hanya gaya tarik yang dapat timbul pada kabel. Dengan membalik bentuk struktur yang diperoleh tadi, kita akan mendapat struktur baru yang benar-benar analog dengan struktur kabel, hanya sekarang gaya yang dialami adalah gaya tekan. Secara teoritis, bentuk yang terakhir ini dapat diperoleh dengan menumpuk elemen-elemen yang dihubungkan secara tidak kaku (rantai tekan) dan struktur yang diperoleh akan stabil. Akan tetapi, sedikit variasi pada beban akan berarti bahwa strukturnya tidak lagi merupakan bentuk funicular sehingga akan timbul momen lentur dan gaya geser akibat beban yang baru ini. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya keruntuhan pada struktur tersebut sebagai akibat dari hubungan antara elemen-elemen yang tidak kaku, tidak dapat memikul momen lentur. Karena bentuk struktur tarik dan tekan yang disebutkan di atas mempunyai hubungan dengan tali tergantung yang dibebani, maka kedua jenis struktur disebut sebagai struktur funicular.
Banyak bangunan yang menggunakan struktur funicular. Sebagai contoh, jembatan gantung yang semula ada di Cina, India, dan Amerika Selatan adalah struktur funicular tarik. Ada struktur jembatan kuno yang menggunakan tali, ada juga yang menggunakan bambu. Di Cina ada jembatan yang menggunakan rantai, yang dibangun sekitar abad pertama SM. Struktur kabel juga banyak digunakan pada gedung, misalnya struktur kabel yang menggunakan tali. Struktur ini dipakai dipakai sebagai atap amfiteater Romawi yang dibangun sekitar tahun 70 SM.
Sekalipun kabel telah lama digunakan, pengertian teoretisnya masih belum lama dikembangkan. Di Eropa, jembatan gantung masih belum lama digunakan meskipun struktur rantai-tergantung telah pernah dibangun di Alpen Swiss pada tahun 1218. Teori mengenai struktur ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1595, yaitu sejak Fausto Veranzio menerbitkan gambar jembatan gantung. Selanjtnya pada tahun 1741 dibangun jembatan rantai di Durham County, Inggris. Jembatan ini mungkin merupakan jembatan gantung pertama di Eropa.
Titik balik penting dalam evolusi jembatan gantung terjadi pada awal abad ke-19 di Amerika, yaitu pada saat James Findley mengembangkan jembatan gantung yang dapat memikul beban lalu lintas. Findley membangun jembatannya untuk pertama kali pada tahun 1810 di Jacobs Creek, Uniontown, Pennsylvania dengan menggunakan rantai besi fleksibel. Inovasi Findley bukanlah kabelnya, melainkan penggunaan dek jembatan yang diperkaku yang pengakunya diperoleh dengan menggunakan rangka batang kayu. Penggunaan dek kaku ini dapat mencegah kabel penumpunya berubah bentuk sehingga bentuk permukaan jalan juga tidak berubah. Dengan inovasi ini dimulailah penggunaan jembatan gantung modern.
Inovasi Findley dilanjutkan oleh Thomas Telford di Inggris dengan mendesain jembatan yang melintasi selat Menai di Wales (1818-1826). Louis Navier, ahli matematika Prancis yang amat terkenal, membahas karya Findley dengan menulis buku mengenai jembatan gantung, Rapport et Memoire sur les Ponts Suspends, yang diterbitkan pada tahun 1823. Navier dalam bukunya sangat menghargai karya Findley dalam hal pengenalan dek jembatan kaku.
Segera setelah inovasi Findley, banyak jembatan gantung terkenal lainnya dibangun, misalnya jembatan Clifton di Inggris (oleh Isombard Brunel) dan jembatan Brooklyn (oleh John Roebling). Banyak pula jembatan modern yang dibangun setelah itu, misalnya yang membentangi Selat Messina dengan bentang tengah sekitar 5000 ft (1525 m) dan jembatan Verazano-Narrows yang bentang tengahnya 4260 ft (1300 m).
Penggunaan kabel pada gedung tidak begitu cepat karena pada saat itu belum ada kebutuhan akan bentang yang sangat besar. Meskipun James Bogardus telah memasukkan proposal kepada Crystal Palace pada New York Exhibition pada tahun 1853, yang mengusulkan atap gedung berbentuk lingkaran dari besi tuang berdiameter 700 ft (213 m) digantung dari rantai yang memancar dan ditanam pada menara pusat, struktur pavilyun pada pameran Nijny-Novgorod yang didesain oleh V. Shookhov pada tahun 1896 dianggap sebagai awal mulanya aplikasi kabel pada gedung modern. Struktur-struktur yang dibangun berikutnya adalahpavilyun lokomotif pada Chicago World’s Fair pada tahun 1933 dan Livestock Judging Pavillion yang dibangun di Raleigh, North Carolina pada sekitar tahun 1950. sejak itu sangat banyak dibangun gedung yang menggunakan struktur kabel.
Selasa, 08 September 2009
Arsitektur Futuristik
Arsitektur Futuristik
• Futuristic mempunyai arti yang bersifat mengarah atau menuju masa depan.
• Citra futuristic pada bangunan berarti citra yang mengesankan bahwa bagunan itu berorientasi ke masa depan atau citra bahwa bangunan itu selalu mengikuti perkembangan jaman yang ditunjukkan melalui ekspresi bangunan.
• Fleksibilitas dan kapabilitas bangunan adalah salah satu aspek futuristic bangunan. Fleksibilitas dan kapabilitas sendiri adalah kemampuan bangunan untuk melayani dan mengikuti perkembangan tuntutandan persyaratan pada bangunan itu sendiri. Sedangkan kemampuan untuk melayani dan mengikuti perkembangan jaman hanya bias diwujudkan atau diimplementasikan dalam penapilan dan ungkapan fisik bangunan.
Menurut Haines (1950) dan Chiara dkk (1980) criteria diatas adalah :
Bangunan itu dapat mengikuti dan menampung tuntutan kegiatan yang senantiasa berkembang
Bangunan tersebut senantiasa dapat melayani perubahan perwadahan kegiatan, disini perlu dipikirkan kelengkapan yang menunjang proses berlangsungnya kegiatan
Adanya kemungkinan penambahan ataupun perubahan pada bangunan tanpa mengganggu bangunan yang ada dengan jalan perencanaan yang matang.
• Futuristic sebagai core values atau nilai-nilai dasar BMW mengandung nilai-nilai yaitu; dinamis, estetis dan inovatif terutama dari segi teknologi yang dipakai (dinamis, canggih dan ramah lingkungan) dengan mengadopsi bentuk-bentuk bebas yang tidak terikat oleh bentuk-bentuk tertentu.
• Dalam futuristic juga perlu dipikirkan mengenai estimasi atau perkiraan
Pengenalan akan bangunan futuristic dapat dilakukan dengan pendekatan :
Pendekatan sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia.
Salah satu carauntuk memprediksi tentang arsitektur masa depan adalah dengan mengikuti perkembangan arsitektur berteknologi tinggi yang berkembang setelah tahun 1960-an dengan cirri-ciri :
Kebenaran struktur
Bentuk bebas cenderung ke bentuk yang berhubungan dengan alam.
Tabel perkiraan konsep futuristic :
Dari analisa contoh-contoh bangunan pada table di atas, maka dapat disimpulkan:
Proyeksi yang berupa hasil perhitungan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
Pendekatan dengan penemuan hal-hal yang baru.
Futuristic adalah lambing perubahan, dinamis dan menembus ruang tidak nampak.
Dalam ilmu arsitektur,teminologi arsitektur futuristic masih rancu atau belum dapat digolongkan ke dalam criteria arsitektur modern, late modern maupun post modern. Late modern iotu sendiri adalah mengambil ide dan bentuk dari modern movement, yang ditampilkan secara ekstrim, berlebihan dan tidak natural. Imajinasi tentang teknologi bangunan menggambarkan usaha untuk mencapai kesenangan dan keindahan semata, sedangkan post modern menyelesaikan kemonotonan arsitektur modern dengan menggabungkan unsure-unsur moder dengan lainnya sehingga bersifat ganda.
Pedoman Perencanaan Berdasarkan Ungkapan Futuristik
Dengan melihat pengerian futuristic yang ada, maka diambil kesimpulan pedoman dalm perencanaan berdasarkan ungkapan futuristic, yaitu :
• Mempunyai konsep masa depan terutama sesuai dengan paradigma perkembangan arsitektur.
Bentuk yang didapat bukan bentuk-bentuk tertentu saja, tetapi bentuk bebas yang dekonstruksi.
• Memanfaatkan kemajuan di era teknologi melalui struktur dan konstruksi menggunakan strutur yang dekonstruksi.
• Memakai bahan-bahan pre-fabrikasi dan bahan-bahan baru, seperti kaca baja aluminium, dll
• Memunculkan bentuk-bentuk baru dari arsitektur yang analog dengan musim, maksudnya adalah bentuk yang tidak bisa diduga sebelumnya, dinamis sebagai konsekuensi dari perubahan.
KONSERVASI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
KONSERVASI BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
(by Sebastian)
a. Adaptasi/ revitalisasi
Adalah merubah tempat agar dapat digunakan yang lebih sesuai. Yang dimaksud dengan fungsi yang lebih sesuai adalah kegunaan yang tidak menuntut perubahan drastis atau yang hanya menuntut sedikit dampak minimal.
b. Rekonstruksi
Adalah mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru.
c. Preservasi
Adalah pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah kehancuran.
d. Restorasi
Adalah upaya memasang / mengembalikan unsur-unsur awal yang terdapat pada suatu bangunan/ linkungan dan menghilangkan unsur-unsur tambahan yang baru.
e. Rehabilitasi
Adalah mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasankota yang telah mengalami kerusakan, kemunduran, ataru degradasi kepada kondisi aslinya sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
Mengingat hal itu dalam usaha konservasi perlu digariskan sasaran yang tepat antara lain:
b. Memanfaatkan peninggalan obyek pelestarian yang ada untuk menunjang kehidupan masa kini.
c. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perkembangan perencanaan masa lalu yang tercermin dari obyek pelestarian tersebut.
d. Menampilkan sejarah pertumbuhan kota/ lingkungan dalam ujud fisik tiga dimensi.
Didalam menentukan arah pembangunan suatu kawasan atau bangunan, kita perlu memiliki motivasi-motivasi:
a. Motivasi untuk mempertahankan warisan budaya atau warisan sejarah.
b. Motivasi untuk menjamin terwujudnya variasi dalam bangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya masyarakat.
c. Motivasi ekonomis yang menganggap bangunan-bangunan yang dilestarikan tersebut dapat meningkatkan nilainya apabila dipelihara sehingga memiliki nilai komersial yang lebih tinggi.
d. Motivasi simbolis dimana bangunan-bangunan yang merupakan manifestasi fisik dan identitas suatu kelompok masyarakat tertentu yang pernah menjadi bagian dari kota.
Senin, 07 September 2009
PENERAPAN FENG SHUI
PENERAPAN FENG SHUI
1. ALIRAN BENTUK
Berdasarkan pada aliran bentuk, konsep dasar feng shui berkaitan dengan Chi dan posisi binatang langit pada landscape. Chi adalah hawa atau energi yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan. Ada tiga jenis bentuk Chi, yaitu : Chi yang bersirkulasi di udara, Chi yang bersirkulasi di tanah, dan Ch’i yang bersirkulasi dalam tubuh kita. Ada empat binatang langit yang mempengaruhi landscape di sekitar kita, yaitu : naga hijau di bagian kiri rumah, macan putih di bagian kanan rumah, phoenix merah di bagian depan rumah, dan kura-kura hitam di bagian belakang rumah. Bagian-bagian ini dilihat dari arah keluar dari pintu utama rumah. Berdasarkan kedudukan binatang langit, maka feng shui yang baik pada landscape adalah sebelah kiri rumah lebih tinggi, pintu utama menghadap ruang terbuka, dan bagian belakang rumah terdapat pendukung yang kuat dapat berupa dinding yang tinggi maupun gedung bertingkat. Akan lebih baik lagi apabila di bagian depan rumah ada aliran air yang mengalir, atau pada aliran bentuk disebut dengan naga air.
Selain itu, kondisi di sekitar kita juga berpengaruh terhadap feng shui rumah tinggal antara lain :
1. Jalan
Di dalam feng shui, jalan dianggap sebagai aliran air, karena laju kendaraan dianggap sebagai laju aliran sungai. Jalan yang mengelilingi rumah seperti jerat akan merugikan pemilik rumah. Jalan yang berkelok dan berkontur sangat baik dalam membawa aliran chi. Akan tetapi, rumah tidak boleh berada pada kelokan, karena chi yang mengalir dalam jalan akan membelah rumah seperti pisau. Rumah yang berada di antara dua jalan akan tergencet. Jalanan yang lurus mengarah ke rumah akan membawa sha chi yang merugikan. Persimpangan jalan T harus dihindari apalagi jika jalan tersebut terlalu curam. Jika terpaksa berhadapan dengan persimpangan jalan T maka dapat ditanam perdu dan pohon untuk memotong aliran sha chi yang masuk ke rumah.
2. Sungai atau Saluran air
Sungai yang aliran airnya tidak kuat dan berliku-liku di dekat rumah akan membawa aliran chi yang mengandung kesempatan dan kemakmuran. Tetapi perlu diperhatikan kebersihan airnya, karena air yang kotor dianggap menodai chi dan tidak menguntungkan.
Saluran air berhubungan dengan keuangan dan kesehatan pencernaan. Saluran air sebaiknya tidak mengalir ke arah pintu utama, tetapi langsung mengalir ke belakang rumah. Jika terpaksa karena keterbatasan lahan saluran air tersebut ditutup dengan penutup saluran. Selokan pembuangan air kotor hendaknya tertutup atau dapat ditutupi dengan tanaman di sekelilingnya.
3. Posisi Rumah
Posisi rumah berkaitan dengan bangunan yang ada di sekitarnya. Rumah sebaiknya tidak berdekatan dengan pemberhentian bis, tempat ibadah, rumah sakit, kuburan. Karena tempat-tempat tersebut menghasilkan chi yang merugikan. Lebih baik jika rumah menghadap ke taman bermain atau tempat terbuka terkait dengan naga air.
Letak rumah di tebing atau di atas bukit yang terisolasi kurang menguntungkan karena menyimpan berbagai kekuatan berbahaya yang tidak terlihat, dan sheng chi mudah tersebar cepat. Rumah yang berdekatan dengan laut juga perlu diperhatikan kondisi sekitarnya, sebab jika tidak terdapat elemen pendukung akan merugikan. Elemen pendukung itu dapat berupa bukit. Rumah di atas bukit dengan pemandangan laut sangat menguntungkan.
4. Struktur Sekitar Rumah
Struktur di sekitar rumah yang kurang menguntungkan, antara lain : antena televisi tetangga yang dianggap sebagai benda tajam, bentuk atap segitiga yang mengarah ke rumah, tiang-tiang (tiang listrik, tiang telepon, tiang lampu dan tiang iklan) di pinggir jalan, dan rambu-rambu lalu lintas.
Untuk menghindari struktur yang kurang menguntungkan di sekitar rumah, dapat dilakukan pencegahan dengan cara menempatkan pepohonan pada arah tembak struktur tersebut, dan juga dapat digunakan tirai untuk menyaring sha chi yang masuk melalui jendela dan pintu.
5. Bentuk Rumah
Bentuk rumah yang terbaik adalah persegi panjang dan bujur sangkar. Jika menginginkan bentuk yang tidak berarturan atau desain yang modern, maka perlu diperhatikan aliran chi yang masuk ke dalam rumah tidak terganggu, dan dihindari adanya sudut yang hilang dengan memasang cermin pada sudut tersebut. Ketinggian rumah sebaiknya mempertimbangkan bangunan yang ada di sekitarnya, karena feng shui itu menyelaraskan dengan keadaan lingkungan. Pemakaian pilar sebagai struktur pendukung di bawah rumah seperti pada rumah gadang tidak menguntungkan dimana rumah menjadi labil, karena tidak berdiri kokoh di atas tanah solid.
Di dalam penerapan interior terdapat satu hal yang tidak dapat kita abaikan terkait dengan feng shui, yaitu : warna. Pengaruh warna dalam penjabaran ilmu feng shui sangat penting dan kompleks sebab perhitungannya dapat mempengaruhi chi. Di dalam feng shui warna dinilai : mengandung energi kekuatan dan getaran, mencerminkan sifat dan karakter magnetik alam semesta, mempengaruhi perilaku emosi seseorang, dan mempunyai interaksi dengan kehidupan. Elemen warna dalam feng shui digunakan untuk : peningkatan, penyelarasan, pembenahan, dan pengobatan. Warna berhubungan dengan lima unsur yang diperoleh atau didapatkan dari tanggal kelahiran masing-masing, dimana masing-masing warna memiliki sifat yang berbeda-beda dan mendukung unsur yang berbeda pula.
Minggu, 06 September 2009
Arsitektur Postmodern
Awal Lahirnya Postmodern
Pada tahun 1960-an merupakan titik balik dari jatuhnya Arsitektur Modern. Pada era moderen tersebut timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang monotis karena pada dasarnya arsitektur modern berkesan monoton (kebanyakan bangunan tersebut berbentuk kota-kotak). Oleh karenanya, maka lahirlah aliran baru yaitu aliran postmoderen.
Postmodern
Sebelum memahami apa itu arsitektur postmodern sebaiknya kita pahami dulu pengertian dari postmoderen itu sendiri.
Postmodern adalah:
- Paradox, sesudah sekarang.
- Yang kemudian, sesudah sagala waktu.
- Keinginan hidup di luar.
- Pengikat waktu lampau, sekarang, akan datang.
- Lanjutan moderen dan turunannya.
Arsitektur Postmodern
Arsitektur Postmoderen adalah:
- Menembus batas, melewati spesies.
- “Meninjau masa lalu”.
- Meninjau masa datang dengan ironi
- Arsitektur yang menyatukan seni dan ilmu.
- Koreksi dari kesalahan arsitektur moderen.
- Arsitektur yang melepaskan diri dari aturan moderenisme.
- Anak dari arsitektur moderen.
- Regionalisme yang mengganti internasionalisme.
- Representasi fiksional yang menggantikan bentuk geometris.
- Representasi fiksional untuk menunjukkan eksklusivitas bangunan dalam istilah fungsi dan bekerja dalam seni bangunan.
- Bukan simbol dari mesin dan konstruksi sebagai bagian dari proses arsitektur, namun terdiri dari semua tanda terdekat dari desain yang berurutan.
- Keindahan dan estetika menggantikan teknologi, menggambarkan dunia imajinasi lebih untuk membawa kepada dunia baru yang lebih berani.
- Berusaha mengembalikan ingatan masa lalu , mengekploitasi sejarah untuk menimbulkan efek-efek yang lebih menarik.
- Dapat melihat bangunan lebih relatif dengan aspek sejarah, regional, serta memberikan penghargaan yang lebih pada lingkungan.
- Menyangkal referensi sendiri yang dapat menemukan style dari moderen.
- Membangun cita rasa keindahan baru yang jauh dari realitas hidup, fiksi lebih baik dari fungsionalitas.
Secara garis besar era arsitektur postmoderen dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu:
- Arsitektur Purna moderen.
- Arsitektur Pasca moderen dibagi menjadi:
o Late moderen.
o Neomoderen.
o Dekonstruksi.
Ciri-ciri arsitektur postmoderen adalah:
- Berdasar seni dan ilmu.
- Mempunyai makna (simbolik).
- Eklektikisme (campuran).
- Plural.
- Proses komunikasi /bahasa.
- Me-lokal.
- Ruangan dan bentuk membentuk arsitektur.
Mazhab /Ajaran pada Arsitektur Postmodern
Menurut Charles A. Jencks ada 6 mazhab tentang perkembangan arsitektur yang menyimpang dari fungsionalisme yaitu:
1. Historiscism
Merupakan aliran yang ingin tetap memunculkan komponen bangunan dari komponen klasik.
2. Straight Revivalism
Aliran ini sulit menghilangkan langgam yang sudah ada di masyarakat sejak lama seperti renaissance, gothic, islamic.
3. Neo Vernacular
Produk bangunan ini tidak menerapkan prinsip bangunan vernakular dengan murni, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visual).
4. Urbanist
Mempunyai 2 ciri khusus yaitu:
o Ad-hoc
Penambahan komponen baru pada proses pengembangan perancangan tanpa memikirkan posisi dan lokasi yang tepat.
o Kontekstual
Berusaha melayani aspirasi ideal masyarakat, desainnya mengitari lingkungan sekitar.
5. Metaphor
Desain mengambil bentuk alam yang fungsional. Berupa referensi yang tersamar.
6. Postmoderen Space
Difokuskan pada rancangan spatial interpenetration, di mana dua atau lebih ruang dapat digabung secara overlap dan saling bertemu. Aliran ini mencoba mendefinisikan ruang lebih dari sekedar ruang abstrak dan menghasilkan arti ganda, keanekaragaman dan kejutan.
Menurut Robert A.M. Stern makna yang terkandung dalam arsitektur postmoderen adalah:
- Kontekstualism
Desain bangunan dibuat dengan desain bangunan lingkungan sekitarnya, misal dalam bentuk warna dan ukuran.
- Allusionism
Desain arsitektural yang memasukkan unsur sejarah arsitekturnya. Misal sejarah bangunan lama dilibatkan dalam desain bangunan baru.
Kamis, 03 September 2009
TEORI TENTANG KOTA
(by sebastian)
A. Pengertian Teori Kota
Struktur ruang kota merupakan susunan bentuk dan pola ruang kehidupan kota yang terdiri dari komponen:
a. Area kota, meliputi besaran luas, bentuk dan kondisi fisik (alam buatan).
b. Jaringan (jalan), meliputi pola jaringan dan hirarki jaringan.
c. Fungsi, meliputi kegiatan (primer, sekunder, tertier) dan pelayanan (lokal, regional nasional, dan internasional)
2. Bentuk kota
Bentuk kota merupakan wujud ruang yang merupakan organisasi spasial dan geografinya, terdiri dari faktor-faktor: besaran/ luas, jumah dan kepadatan penduduk, organisasi jalan dan tempat, tekstur dan pencapaian.
3. Elemen pembentuk kota
a. Path ways (jalur pergerakan/ sirkulasi)
b. Districts (lingkungan bagian kota)
c. Edges (akhiran/ tepian sebuah distrik)
d. Landmark (bentuk-bentuk visual yang menonjol di kota)
e. Nodes (pusat-pusat aktivitas)
4. Pola kota
Pola kota merupakan corak/ model yang tercermin dari jaringan jalan, open space dan bangunan yang membentuk kerangka kota.
B. Citra dan guna arsitektur kota
Dua dimensional selalu ada di dalam arsitektur atau lingkungan binaan yaitu:
Dimensi fungsi (kegunaan) dan dimensi citra (image). Dimana dimensi fungsi menyangkut daya sehingga kehidupan menusia menjadi lebih meningkat. Sedangkan dimensi citra adalah kesan terhadap objek tertentu karena kejelasan pengaruh visual dan pengaruh spiritual (arti yang terkandung dalam objek tersebut). Jadi arsitektur atau lingkungan binan bukanlah gejala ketrampilan teknis semata namun juga mewartakan kesan penghayatan yang mempunyai arti tertentu.
Citra suatu wadah kegiatan merupakan kesan yang terbentuk oleh persepsi pemakai terhadap karakter wadah. Dalam kaitannya dengan kota, citra mengidentifikasikan keadaan khusus suatu kota atau kawasan dalam suatu kota yang merupakan identitas kota atau kawasan tersebut dan terbentuk dalam rentang waktu yang relative lama. Identitas atau ciri khas tersebut berkaitan erat dengan karakter pembentuknya yan g dapat didentifikasikan melalui beberapa elemen tertentu.
Citra hasil pengidentifikasian karakter-karakter yang ada pada tautan rancangan. Dalam hal ini tautan kawasan (urban context) dan fungsi bangunan pembentuk citra. Tautan urban dapat diidentifikasikan melalui:
a. Konservasi ruang urban ( urban space conserce)
b. Integritas fasilitas Re-urban (urban integration)
c. Kontinuitas ruang-ruang urban ( continuity of urban space)
C. Karakteristik Tautan Kawasan (urban space dan urban spatial)
Pengamatan terhadap ruang urban bisa melalui pendekatan penilaian ruang urban (urban space) dan lingkungan fisik urban (urban fabric).
Ada beberapa teori mengenai kualitas ruang urban, salah-satunya adalah theory of urban spatial design, yaitu:
1. Teori Sosok Ruang Massa (Figure Ground Theory)
Merupakan kajian ruang urban melalui ruang massa solid (pejal) dan void (rongga). Dengan penggambaran dua (2) dimension didapat bentuk dan pola-pola yang spesifik dan dominan. Dalam suatu lingkungan fisik (urban fabric) terdapat unsur-unsur urban solid (massa bangunan), urban void (ruang-ruang antar bangunan), dan relasi antar urbansolid-urban void (pejal-rongga). Diperlukan untuk menganalisa karakter fisik dapat mengidentifikasikan ciri-ciri pola yang spesifik atau dominan yang ada. Ada 6 tipe hubungan antara urban solid-urban void, yaitu: (R. Trancick, 1986, h.101)
a. Pola papan catur (Grid)
b. Pola menyiku (Anguler)
c. Pola kurva-linier (Curve-Linear)
d. Pola menjari (Radial Concentric)
e. Pola bersumbu (Axial)
f. Pola organic (Cluster)
2. Teori Tautan (Linkage Theory)
Merupakan kajian urban space dalam keterkaitannya/ ketergantungannya suatu ruang terhadap ruang lainnya, melalui sikulasi. Pola hubungan urban solid-urban void selalu saling terkait satu dengan yang lainnya, untuk itu perlu menjabarkan keterkaitan kawasan melalui hubungan spasial (spasial lingkage) dalam pendekatan mengidentifikasikan pola-pola hubungan spasial terdapat 3 macam bentuk yaitu:
a. Bentuk komposisi (Compositional Form)
Bangunan-bangunan dengan bentuk komposisi tertentu melahirkan pola-pola hubungan spasial antar bangunan melalui penggambaran secara 2 dimensional.
b. Bentuk Menerus (Mega Form)
Bangunan-bangunan yang menerus menghasilkan pola-pola hubungan spasial dengan bentuk pola-pola yang besar.
c. Bentuk kelompok (Group Form)
Group-group/ kelompok (olah fungsi atau kegiatan) secara fisik membentuk pola-pola hubungan spasial yang bersifat natural dan organik.
3. Teori Tempat (Place Theory)
Merupakan kajian urban space dalam kerja sama/ perpaduan antara tempat dengan karakteristik fisik khas lainnya. Kajian ini bersifat intern suatu tempat / kawasan pengidentifikasian karakter fisik kota/ kawasan yang menonjol memberikan nilai tambah bagi suatu kawasan dan bagi landmark merupakan suatu keharusan
Graha Busana dan Mode
Sejarah Graha Busana dan Mode
Berbicara tentang mode busana dengan segala pemikirannya, orang akan selalu teribgat kota Paris. Kota yang dianggap sebagai barometer setiap perancang dunia. Sejak dulu diakui bahwa kalau orang bicara tentang pakaian, Paris masih yang terbaik, terutama pakaian wanita. Eksistensi Paris sebagai salah satu pusat mode dunia, berkaitan erat dengan sejarah panjang negara Perancis yang berhubungan dengan dunia fashion.
Dunia mode lahir dan berkembang di istana raj-raja di Eropa. Namun yang paling menonjol adalah dari istana Kerajaan Perancis sekitar tahun 1661, yaitu ketika raja Louis XIV berkuasa. Raja ini mempunyai hobi berdandan dan bahkan rela mengubah cara berbusana para pengikutnya dari kalangan bangsawan sampai ke anak cucu mereka. Kemewahan dalam berpenampilan dijadikan semacam kewajiban bagi para penghuni istana. Penggunaan barang-barang mewah seperti sulaman, sutra, renda, kaos kaki sutra, sepatu tumit tinggi untuk pria serta penggunaan rambut palsu dipaksakan untuk menjadi trend.
Negara-negara Eropa lainnya pun tak mau kalah mewah dan mulai berlomba-lomba ikut mengubah penampilan. Karakter dunia mode merupakan salah satu program kerajaan, maka urusan ini diorganisasi oleh salah satu badan pemerintah khusus. Setiap pakaian resmi upacara dirancang dan dibuat oleh ahli. Dari sinilah kemudian tumbuh Rumah Mode pertama di 7 Rue de la Paix, Paris, yang lalu diikuti dengan tumbuh dan berkembangnya rumah-rumah mode di negara-negara Eropa lainnya.
Demikianlah rumah mode akhirnya berkembang sehingga kini tidak hanya Paris saja yang bisa disebut sebagai pusat mode di dunia, melainkan juga London, Milan serta institut teknologi di New York. Selama ini, Milan sebagai kota industri di Italia mendapat kesempatan pertama menggelar busana tahunan para stylistnya. Paris, London, Milan dan kota lainnya saling bersaing dalam menggelar parade trend tahunannya.
Kegiatan dalam Rumah Busana dan Mode di Eropa
Tiap perancang mempunyai spesialisasi tersendiri dalam desain sesuai dengan karakter perancang bersangkutan. Untuk itu para perancang mempunyai rumah-rumah mode sendiri yang berfungsi sebagai toko (butik), workshop maupun perpaduan antara keduanya, sehingga dia dapat bekerja dan memasarkan hasil rancangannya. Tiap tahun rumah-rumah mode di Paris, London dan Milan berlomba-lomba untuk memamerkan koleksi/rancangan terbarunya dalam peragaan busana. Peragaan tersebut diselenggaakan besar-besaran dengan mengundang tamu-tamu penting dan wartawan dari berbagai media di seluruh penjuru dunia.
Selain mengadakan peragaan besar-besaran, rumah-rumah mode yang ditujukan bagi kalangan atas di luar negeri tersebut juga sering mengadakan peragaan busana kecil-kecilan. Peragaan busana dalam butik-butik tersebut berupa peragaan on the floor yang merupakan bagian dari pelayanan kepada konsumen. Jadi apabila konsumen berminat pada suatu busana, pihak penjual akan memperagakan busana tersebut.
Sejarah dan Perkembangan Rumah Mode di Indonesia
Sejarah dan Perkembangan Rumah Mode di Indonesia, dapat dimulai dari perkembangan dunia busana di Batavia tahun 30an. Para bangsawan, pejabat dan kaum bidang lainnya membuat pakaian dengan mengundang penjahit ke rumahnya, dengan melihat majalah mode sebagai salah satu sumber aspirasinya.
Sebelm Jepang datang ke Indonesia, ada seorang wanita Belanda yang memberi kursus jahit, yaitu Vicky Mook. Memasuki masa pendudukan Jepang (1942-1945), kehidupan dirasakan susah sekali sehingga para wanita menjual kebayanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian banyak wanita yang memakai jurk.
Pada masa tahun 50an perkembangan mode di Jakarta semakin maju, meskipun waktu itu belum dikenal adanya istilah butik, desainer, toko-toko pakaian selain menjual pakaian juga menerima pesanan untuk pakaian wanita dan anak-anak. Pada waktu itu hanya digunakan istilah modiste. Namun pada masa itu juga, muncul Joyce Mouthaan, seorang wanita Ambon berdarah Indo, telah menggunakan onwerper/creatur, mempromosikan katun halus bercorak maupun polos buatan dalam negeri, juga merupakan orang pertama yang mengadakan show-shoe. Kemudian muncul Non Kawilarang yang dsudah dikenal sebagai seorang pencipta busana yang mempunyai toko Sri Fatma di Metropole.
Peragaan busana untuk menggelar rancangan para desainer yang menjamur seperti sekarang ini juga telah dilakukan pada era itu. Mode show dilakukan secara berkala di Gelanggang Dagang Wanita dekat Press Club di sebelah Utara Monas. Pada tahun 1957-1965, Glamour School, sebuah sekolah yang melahirkan model-modek handal sangat membantu kebutuhan para desainer untuk memperagakan koleksi mereka. Peragaan busana yang digelar juga tidak terlepasa dari trend busana yang tengah berlangsung di Eropa.
Kemudian tahun 1969, muncul sebuah wadah orang-orang yang berprofesi perancang busana yaitu PAPMI (Perhimpunan Ahli Perancang Mode Indonesia) untuk dapat lebih mengembangkan dunia permodelan di Indeonesia. Kemudian muncul majalah Femina yang mempunyai fokus besar dalam bidang mode. Setiap tahunnya, Femina mengadakan Lomba Perancang Mode yang merupakan ajang lahirnya perancang-perancang muda berbakat yang besar sumbangannya bagi industri sandang di Indonesia.
Tentang Jasa Konstruksi
Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 1999
I. Penjelasan Singkat Undang – undang Nomor 18 Tahun 1999
Undang–undang nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi membahas tentang deskripsi sebuah proyek jasa konstruksi pihak–pihak yang terlibat di dalamnya, tugas dan tanggung jawab mereka beserta setiap peraturan–peraturan yang berlaku di dalamnya. Dalam Undang–undang ini disebutkan bahwa jasa konstruksi merupakan layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Seperti di sebutkan di atas, jenis usaha konstruksi mencakup usaha perencanaan konstruksi, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan konstruksi, dalam hal ini ketiga jenis usaha tersebut melibatkan banyak pihak sesuai dengan perjanjian yang telah di sepakati. Usaha-usaha jasa konstruksi dapat berbentuk perseorangan atau badan usaha. Pekerjaan jasa konstruksi mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal dan elektrikal, tata lingkungan, masing–masing beserta kelengkapannya.
Dalam usaha jasa konstruksi, terdapat persyaratan–persyaratan usaha tertentu yang sehubungan dengan keahlian dan ketrampilan dalam bidang konstruksi. Bahwa badan dan orang-perseorangan maupun tenaga kerja harus memiliki sertifikat persyaratan tersebut serta harus bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya dengan dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual. Usaha jasa konstruksi dapat dikembangkan untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh dan efisien melalui kemitraan yang sinergis antara usaha yang besar, menengah dan kecil serta usaha yang bersifat umum, spesialis dan ketrampilan tertentu.
Usaha jasa konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa, pengguna jasa dapat menunjuk wakil untuk melaksanakan dan membayarkan pekerjaan konstruksi yang didukung dengan sebuah dokumen pembuktian, sedangkan penyedia jasa yang terdiri dari perencana, pelaksana dan pengawas konstruksi yang dilakukan secara terpisah dimana layanan jasa tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan melihat besar pekerjaan, biaya, peralatan dan resikonya. Pengikatan hubungan kerja jasa konstruksi harus dengan cara pelelangan umum atau terbatas dan dengan cara pemilihan/penunjukan langsung. Sebagai pengikat, penyedia jasa harus membuat dokumen yang bersifat mengikat serta kontrak kerja konstruksi. Apabila terjadi pelanggaran atau pembatalan atau pengunduran diri maka pihak yang melakukan hal tersebut wajib dikenakan ganti rugi atau bisa dituntut secara hukum.
Pengaturan hubungan kerja yang harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi yang meliputi para pihak, rumusan pekerjaan, masa pertanggungan/pemeliharaan, tenaga ahli, hak dan kewajiban, cara pembayaran, cidera janji, penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak kerja, kegagalan bangunan, perlindungan pekerja, dan aspek lingkungan. Khusus mengenai kontrak kerja perencana harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam penyelenggaraan konstruksi, penyedia jasa dapat menggunakan subpenyedia jasa yang berkeahlian khusus dan wajib memenuhi dan dipenuhi hak kawajiban masing-masing seperti yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi.
Kegagalan bangunan dinilai oleh penilai ahli, pengguna jasa dan penyedia jasa wajib mempertanggungjawabkannya terhitung sejak penyerang akhir pekerjaan.
Masyarakat mempunyai hak untuk melakukan pengawasan dan memperoleh ganti rugi yang layak atas kerugian akibat penyelengaraan pekerjaan konstruksi, serta berkewajiban untuk menjaga ketertiban dan keamanan dalam pekerjaan konstruksi.
Masyarakat jasa konstruksi (Forum Jasa Konstruksi ) terdiri dari unsur-unsur forum yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi serta mengembangkan peran masyarakat dan merumuskan pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan dalam mengembangkan jasa konstruksi nasional. Sedangkan pelaksanaan pengembangannya dilakukan oleh lembaga yang independen dan mandiri.
Pemerintah berperan dalam melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan (penerbitan UU dan standard teknis), pemberdayaan (hak, kewajiban, peran usaha jasa konstruksi dan masyarakat) dan pengawasan (jaminan ketertiban pekerjaan).
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.
Masyarakat yang dirugikan akibat pekerjaan tersebut berhak menggugat ke pengadilan secara perorangan, kelompok orang, dan perwakilan. Dalam bentuk tuntutan tindakan, biaya dan tuntutan lain yang sesuai dengan UU kepada penyelenggara jasa
Perspektif ARSITEKTUR Y.B.MANGUNWIJAYA
Perspektif ARSITEKTUR Y.B.MANGUNWIJAYA
1. arsitektur adalah ekspresi dan wahana suatu kebudayaan, dalam pikir alam citarasa dan ungkapan langsung paling jelas, bagaimana suatu masyarakat berfilsafat hidup dan menangani kehidupan
2. sudah sewajarnyalah kita berarsitektur secara budayawan; dengan nurani dan tanggung jawab penggunaan bahasa arsitektural yang baik.
3. berarsitektur adalah berbahasa manusiawi dengan citra unsur-unsurnya, baik dengan bahan material maupun dengan bentuk serta komposisinya
4. architecture is a fascinating profession. It bears in itself the vocation to co-create and more human world.
5. arsitektur yang baik tidak harus mengikuti mode terakhir, gaya yang sedang laku, dan sebagainya
6. tugas arsitektur yang paling pertama adalah memenuhi kebutuhan-kebutuhan material: memberi perumahan bagi berbagai aktivitas manusia.
7. bagaimanapun arsitektur dalam arti sebenarnya selalu berakar pada jati- diri orang maupun nasion yang memperoleh perwujudan citranya secara konsisten dan penuh makna.
8. Arsitektur yang baik, berbobot, sejati, juga selalu menyatakan dimensi kefanaan dan kebakaan, imanensi dan transedensi, kodrati dan adikodrati.
9. arsitektur tidak hanya mengolah masalah-masalah teknis belaka, tetapi berkecimpung dalam dunia makna-makna yang terdalam.
10. arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra. Bukan dalam kemewahan bahan atau tinggi teknologinya letak harganya.
11. hikmah arsitektur yang baik juga harus dituntun oleh suatu penyelesaian yang sesederhana mungkin. Maka itu akan kokoh dan tahan zaman.
12. Whe had to reevaluate our concept and practices of ‘architecturing’. We had to abandon the role of being mere epigones of the architecyural world of thinking and designing thet were based on foreign principies and way of life.
13. Menciptakan arsitektur adalah memanfaatkan dan mengangkat martabat alam. Kita dapat belajar dari alam itu sendiri.
14. berarsitektur berarti berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan material dan suasana tempat.
15. hakikat dan tugas budaya arsitektural: bagaimana ber-satu-hukum dengan alam semesta sekaligus mengatasinya; berbudaya, bermakna.
16. the question that trouble me most was then: how we Indonesians could establish a contemporary architecture, created on the basis of truth and beauty, and relevant to our own Indonesia history and our present situation
Arsitektur
Terminologi
Arsitektur menurut kamus Oxford : art and science of building; design or style of building(s). adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Pengertian ini bisa lebih luas lagi, arsitektur melingkupi semua proses analisa dan perencanaan semua kebutuhan fisik bangunan,namun dalam bahasan situs ini,penulis membatasi pada pengorganisasian perancangan bangunan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu rancang interior / eksterior, rancang asesoris dan pernik-pernik produk pelengkap. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Kriteria dan Batasan
Pameo mengatakan: Architecture is silent language. Arsitektur merupakan bahasa yang tidak terucapkan ,namun dapat dimengerti para pemakainya
Buku De Architectura merupakan karya tulis rujukan paling tua yang ditulis Vitruvius, dalam buku itu diungkapkan bahwa bangunan yang baik haruslah memiliki aspek:
- Keindahan / Estetika (Venusitas)
- Kekuatan (Firmitas)
- Kegunaan / Fungsi (Utilitas);
Arsitektur adalah penyeimbang dan pengatur antara ketiga unsur tersebut, dimana semua aspek memiliki porsi yang sama sehingga tidak boleh ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-disiplin ilmu, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, ekonomi,sosial,politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Diperlukan kemampuan untuk menyerap berbagai disiplin ilmu ini dan mengaplikasikannya dalam suatu sistematika yang integral.
Vitruvius menyatakan, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menekankan perlunya seorang arsitek memahami sosial,kedokteran,hukum,ekonomi,filsafat, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, strukturalisme, post-strukturalisme, dan fenomenologi adalah beberapa pengaruh filsafat terhadap arsitektur.
Teori dan Praktek
Teori sangatlah penting untuk menjadi landasan acuan, walaupun juga tidak boleh mendominasi secara ekstrim. Kenyataanya, banyak arsitek mengabaikan teori dalam perencanaan dan perancangan. Vitruvius juga berkomentar:
"Praktek dan teori adalah akar arsitektur. Praktek pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya yang didapatkan dalam proses perenungan, dalam proses mendayagunakan bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang tidak memiliki landasan teori kuat tidak akan dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktek hanya berpegang kepada "imajinasi" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktek, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan".
Sejarah
Arsitektur terbentuk karena adanya kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan kebutuhan ini menuntut perlakuan/cara menyikapi obyek(bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian sampai sekarang masih diterapkan di banyak tempat di dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Masyarakat lebih banyak terkonsentrasi di daerah pedesaan dan didominasi pola hidup pertanian.Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek perorangan, melainkan oleh para seniman/ ahli keterampilan bangunan yang dihimpun dalam satu asosiasi untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Renaissance (pencerahan), humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Perkembangan jaman yang diikuti revolusi berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan penemuan bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, menuntut para arsitek untuk mengadaptasi fokus dari aspek teknis bangunan kepada estetika (keindahan bentuk).
Kemudian dikenal istilah "arsitek aristokratik" yang lebih suka melayani bouwheer (owner/Client) yang kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Contohnya, Ecole des Beaux Arts di Prancis pada abad 19 mengkader calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa mengiraukan konsep yang kontekstual.
Sementara itu, Revolusi Industri menggerakkan perubahan yang sangat drastis yang membuka diri bagi masyarakat luas, sehingga estetika dapat dinikmati oleh masyarakat kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mewah, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Keadaan tersebut menimbulkan perlawanan dari seniman maupun arsitek pada awal abad ke-20, yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang mengilhami Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi bahan-bahan bangunan buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menafikan sejarah masa lalu dan cenderung menempatkan arsitektur sebagai perpaduan skill ,seni, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dikembangkan, ia merupakan sebuah elit terkemuka berlandaskan filosofis,moral, dan estetis. Konsep perencanaan kurang mengindahkan sejarah dan condong kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Peran Arsitek menjadi sangat penting dan dianggap sebagai "kepala/pimpinan". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi massal yang sederhana dan relatif murah sehingga mudah diperoleh.
Dampaknya, bangunan di berbagai tempat memiliki bentuk yang mirip/cenderung tipikal. Tidak ada ciri khas ataupun keunikan bangunan Arsitektur Modern ini, masyarakat umum mulai jenuh menerima arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan,keseragaman, serta kesan-kesan psikologisnya. Sebagian arsitek berusaha menghilangkan kesan buruk ini dengan menampilkan Arsitektur Post-Modern yang membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengabaikan konsepnya.
Sedangkan kalangan lain baik arsitek maupun non-arsitek menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofi atau estetika secara perorangan, melainkan haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan mengunakan teknologi untuk mewujudkan lingkungan yang dapat dihuni. Design Methodology Movement yang melibatkan tokoh-tokoh Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih terbuka dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Analisa terperinci dalam berbagai bidang seperti behaviour,habitat, environment, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.Mereka berharap bahwa arsitektur merupakan bahasa yang komprehensif untuk menjadi media antara kebutuhan dan pelaksanaan proyek.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, di kota Semarang, karya Thomas Kaarsten ,arsitek peranakan jawa-belanda banyak mendominasi bangunan Belanda di Semarang.
Kesimpulan
Bangunan adalah hasil karya manusia yang paling nyata, dan merupakan kebutuhan utama manusia. Tetapi kenyataannya, banyak sekali bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau mandor-tukang batu di negara-negara berkembang, sedang di negara maju diproduksi secara "massal" sebagai produk tipikal seperti orang memproduksi baju.
Arsitek sering disisihkan dalam pembangunan, hanya karena masalah biaya dan prosedural. Keahlian arsitek hanya dibutuhkan dalam pembangunan bangunan berskala besar, atau bangunan yang memiliki makna ekonomi/ budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur,sedangkan bangunan lain, yang dianggap sederhana ataupun berskala kecil mungkin cukup dirancang oleh mandor-mandor yang mendapatkan ilmunya dari proses pengalaman empirikal di lapangan. Peran arsitek, selalu turun-naik mengikuti perkembangan jaman, tidak pernah mendominasi dan tidak pernah terlepas dari masyarakat sebagai pribadi bebas. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan arsitek antara owner dengan arsitek, dan antara arsitek dengan bidang terkait lainnya.Dan hasilnya adalah sebuah output yang disebut arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu yang solid.
KONTEKSTUALISME DALAM ARSITEKTUR
(by sebastian)
A. Konsep Arsitektur Kontekstualisme
Arsitektur Kontekstual dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu:
1) Contras (kontras/berbeda)
Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati. Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun ia mengingatkan bila terlalu banyak ”shock effect” yang timbul sebagai akibat kontras, maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos.
2) Harmony (harmoni/selaras)
Ada kalanya suatu lingkungan menuntut keserasian/keselarasan, hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan konteks/lingkungan dimana bangunan itu berada, kemudian bersama-sama dengan bangunan yang sudah ada atau lingkungan yang ada menjaga dan melestarikan “tradisi” yang telah berlaku sejak dulu. Sehingga kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang daripada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara kuantitas).
Kontekstualisme dapat pula dianggap sebagai teknik mendesain yang dikembangkan untuk dapat memberikan jawaban khususnya atas kondisi-kondisi yang bersifat morfologis, tipologis, pragmatis menjadi bersifat pluralistic dan fleksibel, serta bukan dogmatis rasional ataupun terlalu berorientasi kepada kaidah-kaidah yang terlalu universal.
B. Prinsip Kontekstualisme dalam Arsitektur
Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memori dan makna dari urban fabric. Prinsip kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas.
Pada saat ini prinsip-prinsip yang sesuai untuk masa yang akan datang baru mulai muncul dengan jelas. Manifesto Modern sebagai naskah/tulisan yang sering dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip Modern dengan suara keras lebih sensitif pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk suatu situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain. Arsitektur Modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan masih sangat penting sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral Sudirman di Jakarta Pusat lain dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan kawasan Keraton Surakarta.
Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu unsur terpenting dalam agenda pasca Modern yang sedang timbul, tapi bukan hanya soal gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh membicarakan mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk membuatkan jati diri kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan nilai-nilai hidup.
C. Kedudukan Arsitektur Kontekstualisme dalam Post-Modern Arsitektur
Selama rentang waktu tahun 1960 sampai 1970-an, perbincangan tentang postmodernisme mulai masuk ke dunia arsitektur. Diruntuhkannya bangunan perumahan Pruitt Igoe, St. Louis, Missouri, yang memiliki karakter arsitektur modern (arus arsitektur International Style yang dipelopori Mies van der Rohe) menandai lahirnya pemikiran arsitektur postmodernisme. Arsitektur postmodern membawa tiga prinsip dasar yakni: kontekstualisme, allusionisme dan ornamental. Prinsip kontekstualisme berarti adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas. Prinsip allusionisme berarti adanya keyakinan bahwa arsitektur selalu merupakan tanggapan terhadap sejarah dan kebudayaan. Sementara prinsip ornamental berarti pengakuan bahwa bangunan merupakan media pengungkapan makna-makna arsitektural.
Adalah Robert Venturi, arsitek sekaligus teoritisi awal konsep arsitektur postmodern, dalam bukunya Complexity and Contradiction in Architecture (1966), yang mulai membuka pembicaraan konsep arsitektur postmodern. Ia memaparkan bahwa arsitektur postmodern adalah konsepsi teoritis arsitektur yang memiliki beberapa karakter. Menurutnya, arsitektur postmodern lebih mengutamakan elemen gaya hibrida (ketimbang yang murni), komposisi paduan (ketimbang yang bersih), bentuk distorsif (ketimbang yang utuh), ambigu (ketimbang yang tunggal), inkonsisten (ketimbang yang konsisten), serta kode ekuivokal (ketimbang yang monovokal) (Bertens, 1995: 54).
Sementara itu Charles Jencks, yang diakui sebagai mahaguru arsitektur postmodern, dalam bukunya The Language of Postmodern Architecture (1977), menyebut beberapa atribut konsep arsitektur postmodern. Beberapa atribut tersebut adalah metafora, historisitas, ekletisisme, regionalisme, adhocism, semantik, perbedaan gaya, pluralisme, sensitivisme, ironisme, parodi dan tradisionalisme (Bertens, 1995: 58). Lebih lanjut arsitektur postmodern, menurut Jencks juga memiliki sifat-sifat hibrida, kompleks, terbuka, kolase, ornamental, simbolis dan humoris. Jencks juga menyatakan bahwa konsep arsitektur postmodern ditandai oleh suatu ciri yang disebutnya double coding. Double coding adalah prinsip arsitektur postmodern yang memuat tanda, kode dan gaya yang berbeda dalam suatu konstruksi bangunan. Arsitektur postmodern yang menerapkan prinsip double coding selalu merupakan campuran ekletis antara tradisional/modern, populer/tinggi, Barat/Timur, atau sederhana/complicated.
Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial
Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial
Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial
(by Sebastian)
Telah dijelaskan bahwa sejarah dunia memasuki masa kolonialisme pada abad XVII. Bersamaaan dengan datangnya orang-orang Belanda dan penerapan politik kolonial maka budaya modern termasuk arsitektur mulai berkembang di Indonesia. Masa kolonialisme di Indonesia juga dimulai dari abad XVII hingga pertengahan abad XX, tepatnya pada tahun 1945 atau tahun Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan masa pasca-kolonialisme di Indonesia dipakai untuk menandai sejarah Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan.
1) Konsep Rancang Tipe 1 (sepenuhnya dalam arsitektur Eropa)
a) Pola olah denah
Representasi dari pola olah denah arsitektur Gereja Katholik Kolonial yang sepenuhnya dalam arsitektur Eropa adalah De Kathedral te Batavia C (Weltevreden) (1891-1901), sekarang disebut Katedral Lapangan Banteng.
Denahnya berbentuk salib, simetris dengan nave atau ruang umat di tengah dan nave arcade atau ruang pada kiri dan kanan nave. Letak choir (koor atau musik) diletakkan di balkon belakang. Pada ruang peralihan (setelah masuk pintu utama pengunjung), di kanan dan kirinya terdapat tangga untuk naik balkon. Pada ruang dalam, selain kolom-kolom silindris dari arsitektur Romawi juga penuh hiasan yang sebagian besar berupa molding atau alur-alur terutama ke arah vertikal. Di atas nave arcade dan ruang peralihan dari luar ke dalam balkon. Pada sisi kanan dan kiri terdapat masing-masing dua ruang pengakuan dosa, berdenah bagian dari lingkaran.
b) Pola olah tampak
Pintu utama bergaya Gothic Inggris awal berupa pelengkung majemuk, runcing di atas dan kolom-kolom kecil silindris. Yang berbeda dengan lazimnya pintu Gothic, di sini pada sumbu tengah terdapat kolom membagi pintu menjadi dua dan di depan atasnya diletakkan patung Maria. Di atas pintu utama terdapat rose window yaitu jendela berbentuk lingkaran dengan elemen-elemen radial yang juga dari arsitektur Gothic.
Terdapat 2 buah menara tinggi di mana ujung atasnya masing-masing dihiasi oleh menara runcing penuh ornament baja, merupakan modernisasi dari Gothic karena menara ini biasanya dari konstruksi batu. Demikian pula dinding-dinding menara dihiasi dengan alur-alur, jendela Gothic semuanya meruncing seperti lazimnya arsitektur Gothic. Jandela-jendela dan dinding ruang dalam juga bergaya Gothic Awal Inggris seperti pintu masuk utama.
Penutup atau atap Katedral menggunakan system vault construction yaitu kerangka pelengkung-pelengkung silang runcing di atas, merupakan ciri khas Gothic yang serasi dengan bentuk jendela dan ornamen lainnya.
2) Konsep Rancang Tipe 2 & 3 (perpaduan unsur Barat dan Timur)
Pada konsep rancang ini diambil konsep rancang Gereja Katholik di Pohsarang, Jawa Timur.
a) Pola olah denah
Secara Prinsip arsitektur Gereja Pohsarang mengambil bentuk-bentuk arsitektur yang pada relief candi. Salah satu unitnya berbentuk copula, tetapi dalam hal ini denahnya bujur sangkar. Lokasinya yang di atas sebuah bukit dengan lembah dibuat berteras-teras seperti bukit Golgotha. Kompleksnya yang terdiri dari unit-unit bangunan juga mempunyai pelataran dan taman-taman, identik dengan rumah Jawa atau Bali.
b) Pola olah tampak
Pada olah tampak gereja Pohsarang terdiri dari 2 unit utama yang pertama berbentuk Copula melambangkan Gunung Arafat dan yang kedua berciri Sunda yang melambangkan bahtera Nabi Nuh. Pada bagian utara-selatan dimanfaatkan untuk amphitheater (panggung terbuka), mirip dengan panggung-panggung terbuka Yunani Kuno. Di pelataran dalam terdapat sebuah pohon beringin lambang religius Majapahit, dan pada dinding batu-bata yang mengelilingi pelataran ini terdapat 14 gambar jalan salib. Di sebelah barat, dekat dengan gambar jalan salib pertama terdapat miniatur Gua Lourdes.
EVALUASI PENDINGINAN RUANGAN UNTUK GEDUNG BERTINGKAT
EVALUASI PENDINGINAN RUANGAN UNTUK GEDUNG BERTINGKAT.
Perencanaan suatu ruangan secara benar dan tepat sangat diperlukan dalam tahap pemasangan AC ( Air Conditioner ) karena sangat berpengaruh terhadap kenyamanan pengguna ruangan itu sendiri. Pemasangan AC yang tidak direncanakan secara tepat akan mengakibatkan permasalahan setelah unit AC itu dioperasikan dan ruangan sudah terpakai, biasanya penghuni ruangan akan merasa kegerahan atau kepanasan. Tujuan penelitian adalah untuk membandingkan kapasitas AC yang terpasang dengan hasil evaluasi. Apakah kapasitas AC yang terpasangsudah sesuai dengan kapasitas beban yang ada di ruangan yang akan dikondisikan udaranya. Penelitian ini dilakukan pada Mall Taman Anggrek lantai Basement tepatnya di Supermarket Hero dengan data sebagai berikut : timur 176,9 m2 ; barat : 165,3 m2 ; Utara : 176,9m2 ; Timur : 73,95 m2 . Pengukuran luas lantai ruangan : 3477 m2 ; pengukuran luas kaca ruangan hanya bagian selatan dengan luas : 96,35 m2 ; Pengukuran suhu ruangan 240c ; pengukuran luas dinding koridor hanya pada bagian timur (31 m2) dan barat : 46 m2 . Pengukuran luas lantai koridor : 234 m2. pengukuran luas kaca koridor hanya pada bagian timur 31 m2 dan bagian barat : 46 m2 ; pengukuran luas partisi : 15 m2 ; temperature partisi 290C. Peralatan yang digunakan antara lain : sling temperature, tang ampere, meteran., flowfan, analiser. Parameter yang diukur meliputi suhu ruangan, luas ruangan, kecepatan angina dari unit AHU, tekanan mesin pendingin, dan ampere dari mesin dan alat-alat yang ada diruangan. Hasil penelitian menunjukan kapasitas yang terpasang lebih besar dari kapasitas perhitungan sebesar 20% dari kapasitas yang terpasang. Kelebihan ini untuk menjaga beban lebih dari penghuni yang direncanakan dan kebocoran-kebocoran pada unit ducting akibat penggunaan yang sudah lama.
Kata kunci : evaluasi, pendinginan, gedung.
Perancangan Struktur RSUD Tarakan Jakarta Pusat
Penulisan tugas-akhir ini bertujuan merancang ulang struktur bangunan yang dimaksud untuk mendapatkan dimensi elemen-elemen struktur dari sudut pandang kekuatan dan kestabilan terhadap gaya-gaya yang bekerja sehingga dapat lebih memahami perancangan struktur bangunan gedung bertingkat berdasarkan denah dan data-data yang ada sebagai aplikasi dari semua ilmu dan pengetahuan yang telah dipelajari selama belajar di Universitas Atma Jaya Yogyakarta baik melalui kuliah, bimbingan dosen, dan buku-buku yang berkaitan dengan perencanaan bangunan. Selain itu tujuan penulisan tugas-akhir ini sebagai syarat akademik untuk lulus Strata Satu Teknik Sipil.
Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, khususnya di kota-kota besar, maka diperlukan infrastruktur penunjang, seperti tersedianya pemukiman, pendidikan, perdagangan, pemerintahan, untuk menunjang efektifitas dari aktifitas masyarakat. Hal ini mengakibatkan pesatnya perkembangan pembangunan di kota-kota besar yang semakin padat, sehingga menimbulkan suatu permasalahan baru dengan semakin terbatasnya lahan yang tersedia. Untuk mengantisipasi kebutuhan akan bangunan hunian, dapat dengan membangun gedung-gedung bertingkat tinggi, seperti: hotel, apartemen, pusat perbelanjaan, perkantoran, rumah-sakit, dan sekolah.
Jakarta kota metropolitan merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Jakarta sebagai ibukota negara dan menjadi pusat pemerintahan mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang. Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta Pusat merupakan bangunan gedung bertingkat tinggi yang dirancang dan dibangun untuk dapat menampung segala aktifitas yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat dan menjawab permasalahan tentang sempitnya lahan di kota Jakarta.
Dalam desain bangunan, khususnya bangunan tinggi, faktor struktur merupakan salah satu faktor penting dalam suatu perencanaan. Suatu perancangan bangunan bertingkat tinggi membutuhkan perhitungan yang sangat teliti dan tepat. Hasil dari perhitungan kekuatan struktur dibuat seoptimal mungkin sehingga didapat bangunan yang kuat dan stabil sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya. Dalam merencanakan suatu struktur bangunan bertingkat tinggi, perencana harus memperhatikan beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban gravitasi dan beban gempa.
Secara umum struktur bangunan terdiri dari dua bagian utama, yaitu struktur bagian atas meliputi balok, kolom, lantai, dan atap yang berfungsi untuk mendukung beban-beban yang bekerja pada suatu bangunan dan struktur bagian bawah berupa pondasi yang mempunyai fungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas ke bawah.
Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang menjadi pertemuan antara dua jalur gempa, yaitu jalur gempa pasifik dan jalur gempa asia, maka struktur bangunan gedung bertingkat tinggi dirancang untuk memiliki ketahanan terhadap gaya lateral berupa gaya gempa, serta diperhitungkan juga gaya-gaya aksial berupa gaya akibat beban hidup dan beban mati.