Sejarah Graha Busana dan Mode
Berbicara tentang mode busana dengan segala pemikirannya, orang akan selalu teribgat kota Paris. Kota yang dianggap sebagai barometer setiap perancang dunia. Sejak dulu diakui bahwa kalau orang bicara tentang pakaian, Paris masih yang terbaik, terutama pakaian wanita. Eksistensi Paris sebagai salah satu pusat mode dunia, berkaitan erat dengan sejarah panjang negara Perancis yang berhubungan dengan dunia fashion.
Dunia mode lahir dan berkembang di istana raj-raja di Eropa. Namun yang paling menonjol adalah dari istana Kerajaan Perancis sekitar tahun 1661, yaitu ketika raja Louis XIV berkuasa. Raja ini mempunyai hobi berdandan dan bahkan rela mengubah cara berbusana para pengikutnya dari kalangan bangsawan sampai ke anak cucu mereka. Kemewahan dalam berpenampilan dijadikan semacam kewajiban bagi para penghuni istana. Penggunaan barang-barang mewah seperti sulaman, sutra, renda, kaos kaki sutra, sepatu tumit tinggi untuk pria serta penggunaan rambut palsu dipaksakan untuk menjadi trend.
Negara-negara Eropa lainnya pun tak mau kalah mewah dan mulai berlomba-lomba ikut mengubah penampilan. Karakter dunia mode merupakan salah satu program kerajaan, maka urusan ini diorganisasi oleh salah satu badan pemerintah khusus. Setiap pakaian resmi upacara dirancang dan dibuat oleh ahli. Dari sinilah kemudian tumbuh Rumah Mode pertama di 7 Rue de la Paix, Paris, yang lalu diikuti dengan tumbuh dan berkembangnya rumah-rumah mode di negara-negara Eropa lainnya.
Demikianlah rumah mode akhirnya berkembang sehingga kini tidak hanya Paris saja yang bisa disebut sebagai pusat mode di dunia, melainkan juga London, Milan serta institut teknologi di New York. Selama ini, Milan sebagai kota industri di Italia mendapat kesempatan pertama menggelar busana tahunan para stylistnya. Paris, London, Milan dan kota lainnya saling bersaing dalam menggelar parade trend tahunannya.
Kegiatan dalam Rumah Busana dan Mode di Eropa
Tiap perancang mempunyai spesialisasi tersendiri dalam desain sesuai dengan karakter perancang bersangkutan. Untuk itu para perancang mempunyai rumah-rumah mode sendiri yang berfungsi sebagai toko (butik), workshop maupun perpaduan antara keduanya, sehingga dia dapat bekerja dan memasarkan hasil rancangannya. Tiap tahun rumah-rumah mode di Paris, London dan Milan berlomba-lomba untuk memamerkan koleksi/rancangan terbarunya dalam peragaan busana. Peragaan tersebut diselenggaakan besar-besaran dengan mengundang tamu-tamu penting dan wartawan dari berbagai media di seluruh penjuru dunia.
Selain mengadakan peragaan besar-besaran, rumah-rumah mode yang ditujukan bagi kalangan atas di luar negeri tersebut juga sering mengadakan peragaan busana kecil-kecilan. Peragaan busana dalam butik-butik tersebut berupa peragaan on the floor yang merupakan bagian dari pelayanan kepada konsumen. Jadi apabila konsumen berminat pada suatu busana, pihak penjual akan memperagakan busana tersebut.
Sejarah dan Perkembangan Rumah Mode di Indonesia
Sejarah dan Perkembangan Rumah Mode di Indonesia, dapat dimulai dari perkembangan dunia busana di Batavia tahun 30an. Para bangsawan, pejabat dan kaum bidang lainnya membuat pakaian dengan mengundang penjahit ke rumahnya, dengan melihat majalah mode sebagai salah satu sumber aspirasinya.
Sebelm Jepang datang ke Indonesia, ada seorang wanita Belanda yang memberi kursus jahit, yaitu Vicky Mook. Memasuki masa pendudukan Jepang (1942-1945), kehidupan dirasakan susah sekali sehingga para wanita menjual kebayanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian banyak wanita yang memakai jurk.
Pada masa tahun 50an perkembangan mode di Jakarta semakin maju, meskipun waktu itu belum dikenal adanya istilah butik, desainer, toko-toko pakaian selain menjual pakaian juga menerima pesanan untuk pakaian wanita dan anak-anak. Pada waktu itu hanya digunakan istilah modiste. Namun pada masa itu juga, muncul Joyce Mouthaan, seorang wanita Ambon berdarah Indo, telah menggunakan onwerper/creatur, mempromosikan katun halus bercorak maupun polos buatan dalam negeri, juga merupakan orang pertama yang mengadakan show-shoe. Kemudian muncul Non Kawilarang yang dsudah dikenal sebagai seorang pencipta busana yang mempunyai toko Sri Fatma di Metropole.
Peragaan busana untuk menggelar rancangan para desainer yang menjamur seperti sekarang ini juga telah dilakukan pada era itu. Mode show dilakukan secara berkala di Gelanggang Dagang Wanita dekat Press Club di sebelah Utara Monas. Pada tahun 1957-1965, Glamour School, sebuah sekolah yang melahirkan model-modek handal sangat membantu kebutuhan para desainer untuk memperagakan koleksi mereka. Peragaan busana yang digelar juga tidak terlepasa dari trend busana yang tengah berlangsung di Eropa.
Kemudian tahun 1969, muncul sebuah wadah orang-orang yang berprofesi perancang busana yaitu PAPMI (Perhimpunan Ahli Perancang Mode Indonesia) untuk dapat lebih mengembangkan dunia permodelan di Indeonesia. Kemudian muncul majalah Femina yang mempunyai fokus besar dalam bidang mode. Setiap tahunnya, Femina mengadakan Lomba Perancang Mode yang merupakan ajang lahirnya perancang-perancang muda berbakat yang besar sumbangannya bagi industri sandang di Indonesia.
Mengenai Saya
Kamis, 03 September 2009
Graha Busana dan Mode
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar