Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial
Tipologi Arsitektur Gereja Katholik ERA Kolonial
(by Sebastian)
Telah dijelaskan bahwa sejarah dunia memasuki masa kolonialisme pada abad XVII. Bersamaaan dengan datangnya orang-orang Belanda dan penerapan politik kolonial maka budaya modern termasuk arsitektur mulai berkembang di Indonesia. Masa kolonialisme di Indonesia juga dimulai dari abad XVII hingga pertengahan abad XX, tepatnya pada tahun 1945 atau tahun Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan masa pasca-kolonialisme di Indonesia dipakai untuk menandai sejarah Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan.
1) Konsep Rancang Tipe 1 (sepenuhnya dalam arsitektur Eropa)
a) Pola olah denah
Representasi dari pola olah denah arsitektur Gereja Katholik Kolonial yang sepenuhnya dalam arsitektur Eropa adalah De Kathedral te Batavia C (Weltevreden) (1891-1901), sekarang disebut Katedral Lapangan Banteng.
Denahnya berbentuk salib, simetris dengan nave atau ruang umat di tengah dan nave arcade atau ruang pada kiri dan kanan nave. Letak choir (koor atau musik) diletakkan di balkon belakang. Pada ruang peralihan (setelah masuk pintu utama pengunjung), di kanan dan kirinya terdapat tangga untuk naik balkon. Pada ruang dalam, selain kolom-kolom silindris dari arsitektur Romawi juga penuh hiasan yang sebagian besar berupa molding atau alur-alur terutama ke arah vertikal. Di atas nave arcade dan ruang peralihan dari luar ke dalam balkon. Pada sisi kanan dan kiri terdapat masing-masing dua ruang pengakuan dosa, berdenah bagian dari lingkaran.
b) Pola olah tampak
Pintu utama bergaya Gothic Inggris awal berupa pelengkung majemuk, runcing di atas dan kolom-kolom kecil silindris. Yang berbeda dengan lazimnya pintu Gothic, di sini pada sumbu tengah terdapat kolom membagi pintu menjadi dua dan di depan atasnya diletakkan patung Maria. Di atas pintu utama terdapat rose window yaitu jendela berbentuk lingkaran dengan elemen-elemen radial yang juga dari arsitektur Gothic.
Terdapat 2 buah menara tinggi di mana ujung atasnya masing-masing dihiasi oleh menara runcing penuh ornament baja, merupakan modernisasi dari Gothic karena menara ini biasanya dari konstruksi batu. Demikian pula dinding-dinding menara dihiasi dengan alur-alur, jendela Gothic semuanya meruncing seperti lazimnya arsitektur Gothic. Jandela-jendela dan dinding ruang dalam juga bergaya Gothic Awal Inggris seperti pintu masuk utama.
Penutup atau atap Katedral menggunakan system vault construction yaitu kerangka pelengkung-pelengkung silang runcing di atas, merupakan ciri khas Gothic yang serasi dengan bentuk jendela dan ornamen lainnya.
2) Konsep Rancang Tipe 2 & 3 (perpaduan unsur Barat dan Timur)
Pada konsep rancang ini diambil konsep rancang Gereja Katholik di Pohsarang, Jawa Timur.
a) Pola olah denah
Secara Prinsip arsitektur Gereja Pohsarang mengambil bentuk-bentuk arsitektur yang pada relief candi. Salah satu unitnya berbentuk copula, tetapi dalam hal ini denahnya bujur sangkar. Lokasinya yang di atas sebuah bukit dengan lembah dibuat berteras-teras seperti bukit Golgotha. Kompleksnya yang terdiri dari unit-unit bangunan juga mempunyai pelataran dan taman-taman, identik dengan rumah Jawa atau Bali.
b) Pola olah tampak
Pada olah tampak gereja Pohsarang terdiri dari 2 unit utama yang pertama berbentuk Copula melambangkan Gunung Arafat dan yang kedua berciri Sunda yang melambangkan bahtera Nabi Nuh. Pada bagian utara-selatan dimanfaatkan untuk amphitheater (panggung terbuka), mirip dengan panggung-panggung terbuka Yunani Kuno. Di pelataran dalam terdapat sebuah pohon beringin lambang religius Majapahit, dan pada dinding batu-bata yang mengelilingi pelataran ini terdapat 14 gambar jalan salib. Di sebelah barat, dekat dengan gambar jalan salib pertama terdapat miniatur Gua Lourdes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar